Kamis, 10 Maret 2011

"JADOEL" di Techno World




             Apa yang anda pikirkan ketika melihat gambar ini ? Masih ada delman beroperasi di tengah kota di jaman yang sudah modern ini ? Dengan penumpangnya yang memakai helm terkenal? Gambar ini saya dapatkan ketika saya dan ibu berbelanja di kota Sumberayu, Muncar, Banyuwangi. Pantaskah delman di letakkan di museum atau dilestarikan ? Padahal, ini adalah bukti keanekaragaman transportasi "JADOEL" atau jaman dulu, atau tradisional milik Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini. Walaupun keberadaanya dapat dihitung.
           Pernahkah anda memikirkan apa yang ada dibenak orang yang masih berprofesi sebagai penarik delman dan berapa tarif yang mereka dapat tiap harinya saat menarik delman? Di Solo, ada seorang anak laki-laki yang berumur 9 tahun yang bekerja sebagai penarik delman. Ia melakukan pekerjaan itu demi membantu perekonomian keluarganya dan untuk membiayainya bersekolah.
            Ada keuntungan, pastilah ada yang namanya kerugian. Keuntungan yang didapat ialah; kita dapat menikmati pemandangan sekitar, get free AC (Angin Cendela) yang semilir. Lebih nikmat lagi apabila kita berkeliling di jalan-jalan desa yang berada di dekat persawahan. Selain itu, biaya yang kita keluarkan tidak mahal. Kerugiannya, untuk mencapai tujuan, butuh waktu yang cukup lama. Sebab, kita tahu bahwa delman menggunakan tenaga kuda. Kotoran kuda yang biasanya tercecer di pinggir jalan menimbulkan bu yang cukup menyengat. Lebih parahnya lagi, apabila mata kuda tak ditutup, kuda dapat berkeliaran dan mengamuk karena takut akan keramaian.
            Sampai kapankah transportasi "JADOEL" ini bertahan? Masih adakah orang yang mau menarik delman di jaman IT seperti saat ini? Mungkin.

Sampah anywhere, anytime

              Anywhere, anytime, kita selalu melihat sampah. Baik itu sampah plastik, kertas, sisa-sisa makanan, sering kita jumpai. Tidakkah kita merasa risih apabila kita melihat sampah yang berserakan dan lalat-lalat yang beterbangan di sekitarnya? Pasti jawabannya adalah iya. Bau yang timbul, rasa yang jijik, biasanya hinggap pada diri kita apabila melihat sampah yang menumpuk. Sebagian orang di Indonesia sering membuang sampah di sungai, di selokan, dan terkadang, di mana saja mereka berada. Seenaknya saja membuang sampah di sembarang tempat. Apabila membuang sampah di dekat tempat berjualan makanan, hal tersebut dapat mengundang datangnya lalat pembawa penyakit. Sebab, lalat kemudian hinggap pada makanan, dan akan menyebabkan sakit perut pada pengonsumsi makanan yang tak sehat tersebut.




              Inilah salah satu contoh sikap buruk masyarakat yang membuang sampah sembarangan, tanpa menghiraukan dampak yang buruk terhadap lingkungan di sekitarnya.Dan pemandangan ini terdapat [pada salah satu sekolah faforit di sebuah kota. Akibatnya, pemandangan dan bau yang tak sedaplah yang nampak.
Apabila mereka kreatif, mereka bisa mengolah sampah tersebut menjadi barang-barang yang berguna bagi kehiduopan mereka. Tak perlu merogoh kocek yang dalam, cukup bahan-bahan yang sederhana dan keuletan. Seperti pembuatan tas dari sampah plastik.
              Sampah bisa dijadikan kompos. Yakni sampah daun. Bermanfaat, bukan? Lingkungan bersih, tanah subur.
Jika kita pikir-pikir, sampah tak selalu merugikan. Buktinya, sampah menghasilkan uang bagi tangan-tangan yang kreatif dan inofatif. Bisakah kita melakukannya ? Bisa! Asalkan ada kemauan yang kuat dari dalam diri kita. Jika kita dapat. Tak sedikit sampah yang tak dapat diuraikan, seperti sampah sterofoam yang memerlukan waktu hingga 2 juta tahun untuk dapat diuraikan. Selain itu, sterofoam sebenarnya juga tidak aman bagi kesehatan. Karena dapat menyebabkan kanker dalam jangka panjang.

;;

By :
Free Blog Templates